Berdasarkan Sejarah dan Evolusi
Tektonik yang terjadi dari Zaman Kapur – Sekarang ini, Maka Pulau jawa dibagi
menjadi beberapa Fase Tektonik diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Periode Akhir Kapur – Awal Tersier (70 – 35 Ma)
Fase
tektonik awal terjadi pada Mesozoikum ketika pergerakan lempeng Australia
kearah Timurlaut yang menghasilkan subduksi dibawah Sunda Microplate sepanjang
suture Jawa - Meratus, dan diikuti oleh fase pemekaran selama Paleogen
ketika serangkaian horst dan graben kemudian terbentuk. Proses magmatisme yang
terjadi pada akhir Kapur dapat dikenali dari Timurlaut Sumatra melalui Jawa
hingga bagian Tenggara pada Kalimantan.
Studi batuan asal dan penentuan
umur dari zircon memberikan pengertian terhadap karakter basement dan
menyatakan bahwa kerak benua Gondwana (kemungkinan Barat Australia) asli berada
dibagian bawah dari daerah Pegunungan Selatan. Hal ini menunjukkan bahwa Sundaland
pada Kenozoik sedikit sekali menyediakan, jika ada, material terigenous ke
Jawa Timur.
Kapur Atas – Eosen Awal, fragmen
benua, yang dilepaskan dari super benua Gondwana di selatan, mengapung ke arah
timurlaut mendekati daerah subduksi. Kehadiran allochthonous microcontinents
di wilayah Asia Tenggara telah diamati dan dilaporkan oleh banyak penulis.
Dimulainya Rifting serta pelamparannya berasosiasi dengan pergerakan
sepanjang sesar regional yang telah ada sebelumnya dalam fragmen kontinental.
Bagian basement kontinen mempengaruhi arah cekungan di Sumatra dan Jawa.
2. Periode Oligosen – Miosen Awal (35 – 20 Ma)
Pada
Awal Oligosen sudut kemiringan subduksi bertambah menyebabkan pengurangan
kecepatan lempeng Australia ke Utara, diperlambat dari 18 cm / tahun hingga
hanya 3 cm (Hall, 2002), dan secara umum pengangkatan terjadi diseluruh Daratan
Sunda bagian Tenggara. Erosi dan amblasan lokal sepanjang jejak sesar yang ada
menghasilkan endapan terrestrial dan transisi. Selama periode ini, inversi
cekungan terjadi karena konvergensi Lempeng Hindia menghasilkan rezim tektonik
kompresi di daerah “depan busur” Sumatra dan Jawa. Sebaliknya, busur belakang
merupakan subjek pergerakan strike-slip Utara - Selatan yang dominan sepanjang
sesar utara-selatan yang telah ada. Selama periode ini, Laut Cina Selatan telah
mengalami proses pemekaran lantai samudra. Konvergensi dari lempeng Hindia ke
arah Utara dapat terlihar pada rezim tektonik kompresi pada wilayah depan busur
Sumatra dan Jawa menyebabkan inversi cekungan. Pergerakan Lempeng Hindia dengan
Mikrokontinen Sunda telah menjadi stabil pada 5 – 6 cm / tahun (Hall,2002).
3. Periode Miosen Tengah – Miosen
Akhir (20 – 5 Ma)
Pergerakan
ke arah Selatan dari lempeng Hindia – Australia mengambil alih, seiring dengan
berkembangnya aktivitas magmatisme yang melingkupi hampir di seluruh dataran
pulau Jawa. Pada bagian Utara, berkembang cekungan belakang busur, yang dibagi
lagi menjadi beberapa sub – cekungan, dan dipisahkan oleh tinggian basement,
dikontrol oleh blok – blok sesar pada basement. Pengaktifan kembali sepanjang
sesar tersebut menghasilkan mekanisme transtension dan transpression yang
berasosiasi dengan sedimentasi turbidit dibagian yang mengalami penurunan.
Namun demikian, di bagian paling Timur Jawa Timur, basement dominan berarah
Timur - Barat, sebagaimana dapat diamati dengan baik yang mengontrol Palung
Kendeng dan juga Palung Madura. Bagian basement berarah Timur – Barat merupakan
bagian dari fragmen benua yang mengalasi dan sebelumnya tertransport dari
Selatan dan bertubrukan dengan Sundaland sepanjang Suture Meratus (NE-SW
struktur).
Tektonik kompresi yang diakibatkan
subduksi ke arah Utara telah mengubah sesar basement Barat – Timur menjadi
pergerakan sesar mendatar, dalam periode yang tidak terlalu lama (Manur dan
Barraclough, 1994). Kenaikan muka air laut selama periode ini, menghasilkan
pengendapan sedimen klastik didaerah rendahan, dan carbonate build up pada
tinggian yang membatasi.
Kompresi kedua mulai selama
Akhir-Awal Miosen, terbentuk hingga puncak pada Awal-Tengah Miosen. Tegangan
menjadi lebih kuat selama peristiwa ini, menghasilkan inversi graben-graben
Paleogen. Pengangkatan dari tinggian yang mengapit meningkatkan pasokan sedimen
klastik berasal dari inti basement, dengan pasokannya yang menutup sembulan
karbonat reef. Efek penurunan muka air laut eustasi selama Miosen Tengah hingga
Akhir meningkatkan erosi dan pasokan rombakan klastika asal darat menjadi
tersebar luas di seluruh Laut Jawa Timur.
Pada Miosen Akhir rift yang awalnya
berarah Barat-Timur mengalami rotasi menjadi orientasi Timurlaut – Baratdaya
sebagai sesar mendatar, oleh adanya pengaruh kompresi berarah Utara-Timurlaut
yang disebabkan oleh subduksi Lempeng Wharton ke bawah Lempeng Sunda di bawah
Jawa.
No comments:
Post a Comment