Teori continental drift yang sampai akhir tahun 1960-an berangsur-angsur
mulai tergantikan oleh teori plate tectonic atau yang sering kita sebut
tektonik lempeng. Teori ini terus berkembang seiring dengan semakin banyaknya
data-data yang berhasil ditemukan. Berbagai pendekatan dilakukan untuk menguji
kebenaran teori ini, misalnya geomagnetisme, paleomagnetisme, seismologi,
analisa tektonik batimetri, pengobaran laut dalam, isotopic, dan pentarikan
paleontology. Semua data yang diperoleh mengarah pada satu hal yaitu bahwa
kerak bumi terdiri 7 fragmen lempeng litosfer dan beberapa lempeng kecil yang
bergerak secara relative antara satu dengan yang lainnya.
Terdapat 500-600 gunung
api aktif di dunia yang terdistribusi secar tidak random, tetapi menunjukan
suatu keteraturan yang mengikuti pola batas lempeng.
penyebaran gunungapi di dunia 95% terletak di batas lempeng dan punggungan tengah samudra. Batas lempeng yang terbentuk tidak hanya bersifat kompresi, tetapi bisa juga bersifat ekstensi maupun transfor. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan sistem yang ada di dalamnya.
penyebaran gunungapi di dunia 95% terletak di batas lempeng dan punggungan tengah samudra. Batas lempeng yang terbentuk tidak hanya bersifat kompresi, tetapi bisa juga bersifat ekstensi maupun transfor. Perbedaan ini menyebabkan perbedaan sistem yang ada di dalamnya.
Aktifitas vulkanisme
berdasarkan teori tektonik lempeng menurut cas wrigth (1988) dapat
diklasifikasikan menjadi :
a.
Volkanisme mid-ocean spreading ridge
b.
Volkanisme interarc basin spreading
c.
Volkanisme ocean intra-plate
d.
Volkanisme intra-plate continent
e.
Volkanisme continental rift
f.
Volkanisme young island yang berasosiasi dengan zona
subduksi palung
g.
Volkanisme micro-continental arc yang berasosiasi
dengan zona subduksi palung.
Volkanisme continental margin.
No comments:
Post a Comment