A.
JUDUL PROGRAM
PERAN MAHASISWA GEOLOGI DALAM SOSIALISASI DAN MITIGASI
DAMPAK ERUPSI MERAPI TAHUN 2010 DALAM RADIUS 20 KM DI YOGYAKARTA
B.
LATAR BELAKANG
Gunung merapi
(ketinggian puncak 2.986 m dpl, per 2006) adalah gunung berapi di bagian tengah
pulau jaewa dan merupakan salah satu gunung teraktif di Indonesia.Lereng sisi
selatan berada dalam administrasi kabupaten seleman , Daerah Istemewa
Yogyakarta,
dan sisanya berada dalam Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
dan sisanya berada dalam Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang di sisi barat, Kabupaten Boyolali di sisi utara dan timur, serta Kabupaten Klaten di sisi tenggara.Kawasan hutan di sekitar puncaknya menjadi kawasan Taman Nasional Gunung Merapi sejak tahun 2004.
Gunung ini sangat
berbahaya karena menurut cacatan modern mengalami erupsi (puncak keaktifan)
setiap dua sampai lima tahun sekali dan di kelilingi oleh pemukiman yang sangat
padat. Sejak tahun 1548, gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali.Kota Mgelang
dan Yogyakarta adalah kota besar terdekat, berjarak dibawah 30 km dari
puncaknya. Dilereng nya masih terdapat pemukiman sampai ketinggian 1700 m dan
hanya berjarak empat kilometer dari puncak. Olehkarena tingkat kepentingan ini,
Merapi menjadi salah satu dari enam belas gunung api dunia yang termasuk dalam
proyek Gunung Api Dekade ini. ( Decade
Volcanoes).
Erupsi Gunung merapi
merupakan salah satu bencana alam yang bila terjadi akibatnya sangat fatal bagi
kehidupan makluk hidup terutama manusia. Hal ini dikarenakan bnyak sekali
memakan korban, sehingga sangat perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah
dan orang-orang yang terkait untuk memberikan suatu kontribusi terhadap daerah
yang terkena daerah yang terkena dampaknya. Sehingga dapat mengurangi korban
jiwa bila nantinya akan terjadi kembali. Untuk hal ini perlu adanya sosialisasi
atau mitigasi bencana tentang erupsi Gunung Merapi. Sehingga wacana seperti ini
dapat menjadi suatu batu loncatan untuk kesejahteraan masyarakat dan sebagi
contoh bagi masyarakat awam.
C. PERUMUSAN MASALAH
Adapun masalah yang akan dirumuskan oleh peneliti pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Apakah penyebab erupsi dalam radius 20 km
2.
Bagaimana akibatnya daerah yang terkena erupsi gunung
merapi
3.
Bagaimana solusi penanganan gunung api
4.
Bagaimana standar prosedur pelaksanaan evakuasi gunung
api
D. TUJUAN PROGRAM
Adapun tujuan dari kegiatan program ini adalah :
1. Mengetahui mekanisme terjadinya erupsi gunung merapi
2. Mengetahui dampak/resiko daerah yang terkena erupsi merapi
3. Mengetahui prosedur evakuasi ketika erupsi terjadi
4. Mengetahui prosedur evakuasi ketika saat terjadi erupsi
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Dalam kegiatan
sosialisasi ini, metode yang dilaksanakan diharapkan mudah dimengerti oleh
masyarakat setempat. Dimana samapai
radius 20 km merupakan salah satu wilayah yang mengalami dampak erupsi
merapi yang terjadi pada 26 Oktober 2010 sangat parah.
Untuk memberikan gambaran dan mekanisme yang harus dilakukan apabila erupsi
merapi serupa kembali melanda daerah yang sama maka solusi yang tepat adalah
dengan mengenalkan erupsi tersebut.
Dengan mengenalkan erupsi dan
mekanisme apa yang harus dilakukan ketika erupsi terjadi maka diharapkan
masyarakat daerah setempat dapat mengetahui dampak yang terjadi,solusi maupun
prosedur evakuasi macam apa yang harus mereka lakukan ketika erupsi merapi kembali melanda daerah mereka. Untuk
menunjang upaya tersebut, pelaksana akan membuat sebuah visualisasi berupa
gambar-gambar maupun poster-poster yang nantinya akan diletakkan di seputar Gunung
Merapi. Selain itu, pada saat presentasi akan ditampilkan Peta Zonasi Bencana.
F. KEGUNAAN
Kegiatan ini diharapkan menghasilkan pengetahuan
tentang proses terjadinya erupsi merapi, dampak dari erupsi , sehingga nantinya
dapat diketahui pola erupsi di daerah sosialisasi untuk pengembangan ilmu dan
teknologi dalam bidang Geologi.
Sosialisasi ini diharapkan menghasilkan masyarakat
yang paham tentang gunung merapi, dampak yang terjadi dan penanganan yang
sesuai sehingga masyarakat diharapkan tetap tenang ketika menghadapi bencana
gunung merapi.
G. TINJAUAN
PUSTAKA
Berdasarkan sejarah, Gunung Merapi mulai tampil sebagai gunung api
sejak tahun 1006, ketika itu tercatat sebagai letusannya yang pertama (Data
Dasar Guungapi Indonesia, 1979). Sampai Letusan Februari 2001, sudah tercatat
meletus sebanyak 82 kejadian. Secara rata-rata Merapi meletus dalam siklus
pendek yang terjadi setiap antara 2 – 5 tahun, sedangkan siklus menengah setiap
5 – 7 tahun. Siklus terpanjang pernah tercatat setelah mengalami istirahat selama
>30 tahun, terutama pada masa awal keberadaannya sebagai gunungapi. Memasuki
abad 16 catatan kegiatan Merapi mulai kontinyu dan terlihat bahwa, siklus
terpanjang pernah dicapai selama 71 tahun ketika jeda antara tahun 1587 dan
kegiatan 1658.
Eropsi
Gunung Merapi selalu dilalui dengan proses yang panjang yang dimulai dengan
pembentukan kubah, guguran lava pijar, awanpanas yang secara definisi
sesungguhnya
awal dari erupsi tipe efusif. Di bawah ini ditampilkan tabel yang memuat waktu
letusan dan lamanya letusan tersebut yang dihitung sejak masa awal proses
erupsi hingga letusan puncak secara menyeluruh
Tabel
1. Daftar masa letusan, lamanya kegiatan, dan masa istirahat Gunung Merapi
sejak
tahun 1871 (Suparto S. Siswowidjojo, 1997, disempurnakan)
Tahun
Kegiatan
|
Lamanya
Kegiatan (tahun)
|
Masa Istirahat/
Lama Istirahat (tahun)
|
Waktu Letusan Puncak
|
1871-1872 (*)
1878-1879
1882-1885
1886-1888
1890-1891
1892-1894
1898-1899
1900-1907
1908-1913
1914-1915
1917-1918
1920-1924 (*)
1930-1935 (*)
1939-1940
1942-1943
1948-1949
1953-1954 (*)
1956-1957
1960-1962
1967-1969 (*)
1972-1974
1975-1985
1986-1987
1992-1993
1993-1994
1996-1997
1998
2000-2001
|
1
1
3
3
1
2
1
7
5
1
1
4
5
1
1
1
1
1
2
2
2
10
1
1
1
1
1 bln
1
|
1872-1878/6
1878-1881/3
1885-1886/1
1888-1890/2
1891-1892/1
1894-1898/4
1899-1900/1
1907-1908/1
1913-1914/1
1915-1917/2
1918-1920/2
1924-1930/6
1935-1939/4
1940-1942/2
1943-1948/5
1949-1953/4
1954-1956/2
1957-1960/3
1962-1967/5
1969-1972/3
1974-1975/1
1985-1986/7
1986-1987/1
1987-1992/5
1993/5 bln
1994-1996/2
1997-1998/1
1998-2000/2
|
15 April 1872
Dalam tahun 1879
Januari 1883
Dalam tahun 1885
Agustus 1891
Oktober 1894
Dalam tahun 1898
Terjadi tiap tahun
Dalam tahun 1909
Maret-Mei 1915
Februari, April 1922
18 Des ’30, 27 Apr’34
23 Des.’39, 24 Jan’40
Juni 1942
29 September 1948
18 Januari 1954
3 Januari 1953
8 Mei 1961
8 Januari 1969
13 Desember 1972
15 Juni 1984
10 Oktober 1986
2 Februari 1992
22 November 1994
14,17 Januari 1997
11,19 Juli 1998
10 Februari 2001
|
Referensai
Utama Direktorat Vulkanologi Data Dasar Gunung api Indonesia 1979, B. Voight,
R.Sukhyar dan A.D. Wirakusumah Journal of volcanology and geothermal research
Volume 100, 2000, J.A. Katili, Suparto S. Pemantauan Gunungapi di
Indonesia dan Filipina, 1995
Peta
Kawasasn Rawan Bencana Gunung Merapi
Karakter dan Gejala Letusan
Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa tipe
letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan menghasilkan
awanpanas guguran yang dikenal dengan Tipe Merapi (Merapi Type). Kejadiannya
adalah kubahlava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya tidak
stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran
lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awanpanas guguran (rock avalance),
atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan sebutan wedhus gembel, berupa
campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu tinggi (>700oC) dalam
terjangan turbulensi meluncur dengan kecepatan tinggi (100 km/jam) ke dalam
lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului dengan
letusan eksplosif disertai awanpanas guguran akibat hancurnya kubah. Secara
bertahap, akan terbentuk kubahlava yang baru.
Hartman (1935) membuat
simpulan tentang siklus letusan Gunung Merapi dalam 4 kronologi yaitu:
Kronologi 1.
Diawali dengan satu
letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase utama berupa pembentukan kubahlava
hingga mencapai volume besar kemudian berhenti. Siklus ini berakhir dengan
proses guguran lava pijar yang berasal dari kubah yang terkadang disertai
dengan awanpanas kecil yang berlangsung hingga bulanan.
Kronologi 2.
Kubahlava sudah sudah
terbentuk sebelumnya di puncak. Fase utama berupa letusan bertipe vulkanian dan
menghancurkan kubah yang ada dan menghasilkan awanpanas. Kronologi 2 ini
berakhir dengan tumbuhnya kubah yang baru. Kubah yang baru tersebut menerobos tempat
lain di puncak atau sekitar puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang
dilongsorkan sebelumnya.
Kronologi 3.
Mirip dengan kronologi
2, yang membedakan adalah tidak terdapat kubah di puncak, tetapi kawah
tersumbat. Akibatnya fase utama terjadi dengan letusan vulkanian disertai
dengan awanpanas besar (tipe St. Vincent ?). Sebagai fase akhir akan terbentu
kubah yang baru.
Kronologi 4.
Diawali dengan letusan
kecil dan berlanjut dengan terbentuknya sumbatlava sebagai fase utama yang
diikuti dengan letusan vertikal yang besar disertai awanpanas dan asap letusan
yang tinggi yang merupakan fase yang terakhir. Pada kenyataannya,
terutama sejak dilakukan pemantauan yang teliti yang dimulai dalam tahun 1984,
batasan setiap kronologi tersebut sering tidak jelas bahkan bisa jadi dalam
satu siklus letusan berlangsung dua kronologi secara bersamaan, seperti pada
Letusan 1984.
Seiring dengan perkembangan teknologi, sejak
1984 ketika sinyal data dapat dikirim melalui pemancar radio (radio telemetry)
sistem tersebut mulai dipergunakan dalam mengamati aktivitas gunungapi di
Indonesia, termasuk di Gunung Merapi. Dan sejak saat itu gejala awal letusan
lebih akurat karena semua sensor dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat
kegiatan tergantung kekuatan pemancar yang dipergunakan, secara normal dapat
menjangkau hingga jarak antara 25 – 40 km.
Hampir setiap letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati dengan
seksama yang dimulai tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas.
Secara umum peningkatan kegiatan lazimnya diawali dengan terekamnya gempabumi
vulkanik-dalam (tipe A) disusul kemudian munculnya gempa vulkanik-dangkal (tipe
B) sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan. Ketika kubah mulai
terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya
jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian,
tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan
deformasi.
Sebagai contoh kasus, berikut ini ditampilkan secara lengkap hasil
rekaman seismograf dan tiltmeter yang memonitor kegiatan vulkanik Gunung Merapi
pada Kegiatan 2000 2001.
H. METODE PELAKSANAAN
Metodologi yang dipergunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini diawali
dengan pemberian visualisasi animasi atau penyuluhan langsung tentang mekanisme
erupsi gunung merapi dan dinamikanya
kepada warga di sekitar radius 20 km. Ceramah dilanjutkan dengan kegiatan
diskusi dan tanya jawab agar warga mudah memahami materi yang disampaikan.
I. JADWAL KEGIATAN
Tabel 2. Jadwal Kegiatan
No.
|
Uraian Kegiatan
|
Bulan I
|
Bulan II
|
||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||||
1
|
Survei Awal dan
Tinjauan Lapangan
|
||||||||||
Survei daerah
sosialisasi
|
|||||||||||
Pengamatan geologi
daerah setempat
|
|||||||||||
2
|
Pengumpulan Data
Sekunder
|
||||||||||
Peta Rupa Bumi, Peta
Topografi, Tinjauan Pustaka, Geologi Regional dan lain-lain.
|
|||||||||||
3
|
Perizinan Tempat
|
||||||||||
Membuat Surat Izin
Melaksanakan Kegiatan Sosialisasi
|
|||||||||||
4
|
Pembuatan Laporan
Sementara
|
||||||||||
Pembuatan Bahan
Seminar
|
|||||||||||
5
|
Revisi dan
Interpretasi Laporan Sementara
|
||||||||||
Konsultasi dengan para
ahli dan dosen pembimbing.
|
|||||||||||
6
|
Penyelesaian Laporan
Akhir
|
||||||||||
Perbaikan laporan
setelah revisi
|
|||||||||||
Pembuatan bahan
seminar akhir
|
|||||||||||
Pembuatan Poster dan
Gambar-gambar
|
|||||||||||
7
|
Publikasi dan
Presentasi
|
||||||||||
Memperbanyak Laporan
|
|||||||||||
Sosialisasi kepada
masyarakat setempat
|
|||||||||||
8
|
Pengumpulan Laporan
Akhir
|
||||||||||
J.
RANCANGAN BIAYA
Tabel 3. Peralatan Penunjang PKM
|
|||||||||||||||||
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|||||||||||||
(Rp)
|
(Rp)
|
||||||||||||||||
1.
|
Sewa Peralatan
Lapangan : kompas geologi, palu geologi, GPS (1 paket x 3 hari)
|
1 paket
|
50,000
|
150,000
|
|||||||||||||
2.
|
Pengadaan Peta
|
400,000
|
|||||||||||||||
Sub total :
|
550,000
|
||||||||||||||||
Tabel 4. Perjalanan
dan Akomodasi
|
|||||||||||||||||
No.
|
Uraian
|
Hari
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|||||||||||||
(Rp)
|
(Rp)
|
||||||||||||||||
1.
|
Tinjauan Lapangan
|
1
|
600,000
|
600,000
|
|||||||||||||
2.
|
Sewa Mobil + Supir
(Survey Detail)
|
3
|
350,000
|
1,050,000
|
|||||||||||||
3.
|
BBM
|
3
|
100,000
|
300,000
|
|||||||||||||
4.
|
Penginapan (5 orang x
3 hari x 100.000)
|
2
|
500,000
|
1,000,000
|
|||||||||||||
5.
|
Akomodasi ( 5 orang x
1hari x 50.000)
|
3
|
60,000
|
900,000
|
|||||||||||||
Sub total :
|
3,850,000
|
||||||||||||||||
Tabel 5. Lain-lain
|
|||||||||||||||||
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
Harga Satuan
|
Jumlah
|
|||||||||||||
(Rp)
|
(Rp)
|
||||||||||||||||
1.
|
Pembuatan Laporan
|
7 hari
|
100,000
|
700,000
|
|||||||||||||
(konsumsi : 4orang x 7
x 25.000)
|
|||||||||||||||||
2.
|
Penggandaan laporan
|
300,000
|
300,000
|
||||||||||||||
3.
|
Cartridge
|
2
|
250,000
|
500,000
|
|||||||||||||
4.
|
Flashdisk 4gb
|
2
|
150,000
|
300,000
|
|||||||||||||
5.
|
Memory card kamera
|
1
|
250,000
|
200,000
|
|||||||||||||
6.
|
Kertas HVS
|
1 rim
|
50,000
|
50,000
|
|||||||||||||
7.
|
Sewa LCD Projector +
layar (2hari)
|
1 paket
|
500,000
|
1000,000
|
|||||||||||||
8.
|
Sewa Sound System
(2hari)
|
1 paket
|
250,000
|
500,000
|
|||||||||||||
9.
|
Biaya tak terduga
|
1,000,000
|
|||||||||||||||
Sub total :
|
4,550,000
|
||||||||||||||||
Tabel 5. Rekapitulasi
|
|||||||||||||||||
No.
|
Uraian
|
Jumlah
|
|||||||||||||||
(Rp)
|
|||||||||||||||||
1.
|
Peralatan Penunjang
PKM
|
550,000
|
|||||||||||||||
2.
|
Perjalanan dan
Akomodasi
|
3,850,000
|
|||||||||||||||
3.
|
Lain - lain
|
4,550,000
|
|||||||||||||||
Total :
|
Rp.8,950,000
|
||||||||||||||||
K.
DAFTAR PUSTAKA
Karakteristik
Gunungapi, 2000, BPPTK
Buletin Merapi,
EDISI XX/2010
L.
LAMPIRAN
No comments:
Post a Comment