Thursday, 9 February 2012

catatan kuliahku Paleontologi


PALEONTOLOGI

Jenis - Jenis Fosil

a. Fosil yang berupa fragmen
Fosil merupakan fragmen, dimana fragmen ini bisa mengalami perubahan dan ada yang tidak bisa mengalami perubahan.

b. Fosil tidak terubah.
Pada fosil ini, organisme yang terawetkan komposisi semula tidak mengalami perubahan.

c. Fosil terubah
Pada fosil ini, komposisi fosilnya telah mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa :
• Permineralisasi : bagian-bagian organisme yang porous terisi oleh mineral-mineral sekunder
• Replacement : mineral sekunder mengganti semua material fosil yang asli
• Rekristalisasi : butiran halus pada mineral asli menyusun kembali ke dalam kristal yang lebih besar dari material sebelumnya.

d. Fosil jejak atau bekas
Dibedakan menjadi :
Track, trail dan burrow
Track adalah jejak berupa tapak, trail ialah jejak berupa seretan, sedangkan burrow berupa jejak galian dari organisme penggali.

Mold, Cast, dan Imprint
Mold ialah cetakan yang terbentuk oleh fosil dimana fosil tersebut terlarutkan seluruhnya, cast ialah mold yang terisi oleh mineral sekunder membentuk jiplakan secara kasar mirip dengan fosil asli.

Cuprolite
Cuprolit ialah fosil yang berupa kotoran dari hewan. Dari kotoran ini, dapat diketahui makanan, tempat hidup, dan ukuran relatifnya.

Fosil kimia
Fosil kimia ialah fosil yang berupa keadaan kiimia pada masa lampau seperti jejak asam organik.

e. Fosil indeks
Fosil indek adalah fosil yang digunakan sebagai penunjuk waktu geologi. Fosil ini meliputi 2 keadaan, yaitu :

Fosil yang mempunyai kisaran yang panjang : fosil terdapat pada beberapa batuan yang berasal dari beberapa jaman geologi yang berurutan.

Fosil dengan kisaran yang pendek : fosil yang hanya terdapat pada batuan yang berasal dari satu jaman geologi tertentu saja, atau bahkan hanya berasal dari sebagian jaman tertentu

Prinsip Dasar Geologi Dalam Penentuan Waktu Nisbi


Perkembangan dari peristiwa dan proses yang terjadi di bumi merupakan suatu sejarah. Sebagaimana ilmu sejarah yang lain, diperlukan suatu skala waktu yang dapat dipakai sebagai acuan waktu dari setiap peristiwa yang terjadi. Oleh karena sejarahnya yang panjang, maka waktu yang terlibat dalam proses atau gejala geologi di bumi disebut sebagai waktu geologi. Panjangnya setiap waktu geologi tidak diukur dalam hari, tahun atau abad, tetapi satuan waktu tersebut dinyatakan dalam jutaan tahun. Ilmu yang membahas tentang penetapan umur geologi dan urutan jaman geologi disebut sebagai Geokronologi.

Penetapan waktu geologi secara prinsip ada dua macam, yaitu penetapan waktu secara nisbi dan penetapan waktu secara absolut (dengan radioaktif). Waktu secara nisbi suatu gejala atau proses terjadi lebih tua atau lebih muda dari gejala dan proses geologi yang lain. Untuk penetapan waktu secara nisbi ini digunakan beberapa hukum stratigrafi, yaitu hukum atau prinsip Unformitarianisme, Initial horizontality, Cross-cutting relationship, Faunal Succession, dan Inklusi.

Prinsip Unformitarianisme :
Keadaan dan proses-proses geologi yang terjadi di bumi pada waktu sekarang ini juga terjadi hampir sama pada masa lampau tetapi pada tempat yang berbeda. Prinsip ini dicetuskan oleh seorang geolog dari Skotlandia, James Hutton, yaitu "the present is the key to the past." menurutnya, keadaan bumi pada masa lalu dapat dijelaskan dengan apa yang terlihat dan terjadi pada saat ini.

Prinsip Initial horizontality :
Pada awal proses kejadiannya, perlapisan batuan pada umumnya akan menempati posisi horisontal di dasar cekungan sejajar dengan permukaan bumi, sehingga kalau dijumpai perlapisan sudah dalam posisi miring, maka perlapisan tersebut sudah mengalami proses tektonik (gerakan kulit bumi) yang memiringkan perlapisan tersebut.

Prinsip Cross-cutting relationship :
Apabila suatu urutan perlapisan terpotong oleh sesar / patahan, maka sesar tersebut berumur lebih muda dari perlapisan termuda yang mengalami penyesaran dan lebih tua dari lapisan tertua yang tidak mengalami penyesaran tersebut.

Prinsip Faunal Succession :
Karena terjadinya evolusi, berbagai fosil yang terawetkan di dalam sekuen batuan, kenampakan fisiknya berubah secara gradual dan teratur sejalan dengan waktu. Kelompok-kelompok fosil dan batuan yang mengandung fosil tersebut dapat digunakan untuk mengkorelasikan secara geografik antara suatu daerah dengan daerah lain.

Prinsip Inklusi :
Apabila suatu fragmen batuan masuk kedalam tubuh batuan lain sebagai inklusi, maka batuan yang menjadi inklusi tersebut lebih tua dari batuan yang diinklusinya. Sebagai contoh yaitu ketika xenolit ditemukan di dalam batuan beku, maka xenolit tersebut berumur lebih tua daripada batuan yang di masukinya.


Berdasar pemanfaatan hukum-hukum tersebut maka sebagai hasilnya dapat diketahui urutan kejadian dari bebatuan yang ada di suatu tempat, sehingga urutan posisinya dapat digambarkan dengan baik. Gambar dari urutan posisi batuan di lapangan disebut sebagai kolom stratigrafi dari suatu tempat. Disamping itu secara nisbi dapat pula diketahui kapan terjadinya proses lain yang ada di tempat tersebut misalnya kalau di suatu tempat ada batuan yang mengalami penyesaran (pematahan), perlipatan, intrusi (penerobosan), pengangkatan dan erosi, maka secara nisbi proses tersebut dapat ditentukan kapan terjadinya.

Prinsip pengurutan secara nisbi inilah yang mengawali proses geokronologi dari batuan-batuan di bumi. Kolom-kolom semula dibuat secara lokal disuatu tempat kemudian dicari hubungan kesamaannya (dikorelasikan) dengan kolom di tempat lain. Proses korelasi lokal ini kemudian diperluas menjadi korelasi regional dan akhirnya korelasi secara global. Dalam urutan tersebut terdapat bagian-bagian yang khas berasal dari satu tempat. Oleh karenanya nama urutan tersebut diberikan sesuai dengan nama tempat terdapatnya urutan yang khas tersebut. Sebagai contoh salah satu urutan batuan tua dijumpai di Wales (Inggeris), tempat dimana dulu tinggal suku Cambria. Oleh karena itu urutan batuan yang khas seperti itu, baik yang berada di Cambria maupun yang juga dijumpai di tempat lain selanjutnya disebut sebagai perlapisan Cambrian. Ditempat lain juga di Inggeris dijumpai batuan khas yang tersingkap (muncul dan dapat diamati) di tempat yang dulu ditempati suku Ordovicic. Urutan khas itu disebut sebagai perlapisan Ordovician. Selanjutnya di tempat yang dulu ditempati oleh suku Silur, terdapat urutan batuan yang khas, yang kemudian disebut sebagai perlapisan Silurian. Setelah ke tiga tempat tersebut dikorelasikan terutama dengan mengggunakan hukum Superposisi, diketahui bahwa Cambrian terletak di bawah Ordovician dan Silurian terletak di atas Ordovician. Dengan demikian di sekitar Wales dijumpai urutan perlapisan Cambrian, Ordovician dan kemudian Silurian.









No comments:

Post a Comment